Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika
memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi. Hukum Kekekalan
Energi yang dinyatakan dalam Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa
energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Misalnya, perubahan
usaha (energi potensial) menjadi energi kalor atau sebaliknya. Akan
tetapi, tidak semua perubahan energi yang terjadi di alam ini prosesnya
dapat dibalik seperti pada Hukum I Termodinamika. Contoh, sebuah benda
yang jatuh dari ketinggian h sehingga menumbuk lantai. Pada peristiwa
ini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi kalor (panas) dan
sebagian kecil menjadi energi bunyi. Mungkinkah energi-energi kalor
dapat berubah menjadi energi kinetik dan menggerakkan benda setinggi h?
Jelas bahwa hal ini akan terjadi, meskipun benda kita panaskan
terus-menerus.
Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.
- Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
- Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
- Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).
Bunyi Hukum II Termodinamika
Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas para ilmuwan merumuskan prinsip baru, yaitu Hukum II Termodinamika, dengan pernyataan : “kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas”.Pengertian Entropi
Termodinamika menyatakan bahwa proses
alami cenderung bergerak menuju ke keadaan ketidakteraturan yang lebih
besar. Ukuran ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem entropi.
Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap
keadaan, dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi
entropi suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. Entropi
sama seperti halnya tekanan dan temperatur, yang merupakan salah satu
sifat dari sifat fisis yang dapat diukur dari sebuah sistem. Apabila
sejumlah kalor Q diberikan pada suatu sistem dengan proses reversibel
pada suhu konstan, maka besarnya perubahan entropi sistem adalah :
dengan:
ΔS = perubahan entropi ( J/K)
Q = kalor ( J)
T = suhu (K)
Q = kalor ( J)
T = suhu (K)
Mesin Pendingin
Mesin pendingin merupakan peralatan yang
prinsip kerjanya berkebalikan dengan mesin kalor. Pada mesin pendingin
terjadi aliran kalor dari reservoir bersuhu rendah ke reservoir bersuhu
tinggi dengan melakukan usaha pada sistem. Contohnya, pada lemari es
(kulkas) dan pendingin ruangan (AC). Bagan mesin pendingin dapat dilihat
pada gambar berikut.
Ukuran kinerja mesin pendingin yang
dinyatakan dengan koefisien daya guna merupakan hasil bagi kalor yang
dipindahkan dari reservoir bersuhu rendah Q2 terhadap usaha yang
dibutuhkan W.
dengan:
Kp = koefisien daya guna
W = usaha yang diperlukan ( J)
Q1 = kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi ( J)
Q2 = kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah ( J)
T1 = suhu pada reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 = suhu pada reservoir bersuhu rendah (K)
W = usaha yang diperlukan ( J)
Q1 = kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi ( J)
Q2 = kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah ( J)
T1 = suhu pada reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 = suhu pada reservoir bersuhu rendah (K)
Penerapan hukum II termodinamika dapat
diamati pada proses mengalirnya kalor pada mesin pemanas seperti
ditunjukan pada gambar berikut.
Bagan penerapan hukum II termodinamika pada mesin pemanas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar